Sabtu, 27 Februari 2016

SUDAH DISUNAT KAH?

Roma 2:25-26
Sunat memang ada gunanya, jika engkau mentaati Hukum Taurat; tetapi jika engkau melanggar Hukum Taurat, maka sunatmu tidak ada lagi artinya (ay25)
Alkitab menuliskan, bahwa Abraham adalah bapa dari semua agama yang percaya, Tuhan itu Esa (satu). Didalam Alkitab tersebut dituliskan (difirmankan), Abraham meninggalkan kampung halamannya di Ur (Irak zaman sekarang) dan pergi ke Kanaan dan menjadi musafir di sekitar Isarel dan Palestina. Abraham kemudian menjadi nenek moyang Israel (Yahudi modern) sebab nama "Israel" adalah nama yang diberikan kepada cucunya Abraham, yakni Yakub. Nama Israel TUHAN berikan setelah Yakub bergumul dengan Yang Maha Kuasa. Jadi Israel atau bangsa Yahudi secara negara dan politik tidak dapat atau tidak mungkin dipisahkan dari Abraham. Walau Abraham berasal dari Irak (suku Kurdi?) tetapi dia adalah bapa bangsa Yahudi sekaligus Bapa (Pendiri) Agama Yahudi. Di tanah Kanaan atau di sekitar teritorial Israel sekarang Abraham memulai penyembahan kepada Allah yang Esa tersebut. Di daerah itu pula sunat pertama dimulai.
Proses khitan seorang anak Yahudi. (Foto: www.jewishjournal.com)

Jadi sunat itu adalah produk Agama Yahudi karena diajarkan dan dimulai oleh Abraham yang adalah bapa Yahudi. Bukan produk Agama Katolik, Protestan, Islam, sebab Agama Yahudi adalah agama Monoteis pertama (Agama yg mempercai Tuhan itu Satu). Itulah sebabnya, semua orang Yahudi meskipun tidak lagi menganut Agama Yahudi tetap disunat. Sunat itu kemudian diajarkan kembali oleh Nabi Musa melalui Taurat. Kitab Taurat adalah kitab suci Agama Jahudi. Dan Nabi Musa adalah buyutnya Lewi (Lewi adalah Buyutnya Abraham dari Yakub (Isael)). Karena sunat menjadi syariat Taurat maka tuntutan taurat (kewajiban) ada disetiap pelaksanaan sunat. Karena merupakan syariat agama, setiap orang yang tidak taat pada Tuntutan Hukum taurat itu, Harus Mati !!! Jadi Sunat bagi orang Yahudi adalah sebuah syariat (aturan) agama yang harus dilakukan sekaligus ditaati. Itulah sebabnya Yesus Kristus itu disunat, sebab sebagai manusia sejati, Yesus Kristus adalah keturunan Yahudi dan generasi 14 dari garis keturunan Abraham. Di dalam diri dan hidup Yesus Kristus lah kita dapat menemukan esensi dan kualitas moral dan spiritual dari seorang pribadi yang disunat serta melakukan tuntutan sunat yang sebenarnya. Karena Hanya Dialah satu-satunya Pribadi yang mampu memenuhi tuntutan syariat agama yang terkandung dalam Sunat tersebut, yakni Bersih rohani dan Bersih Jasmani. Jadi, sunat itu selain merupakan sebuah cara membaiat anak Yahudi menjadi pewaris Janji Abraham. juga menunjukkan orang yang disunat adalah orang Jahudi dan siap hidup tanpa CELA MELAKUKAN TUNTUTAN HUKUM yang terkandung didalamnya, yakni: Hidup kudus dan bertindak Tulus. Penuh Kasih dan bertindak kasih.
Karena sunat merupakan syariat agama (Taurat) yang menuntut kemurnian diri yang mutlak, sunat itu menjadi kuk yang menekan manusia. Dan karena setiap orang tidak mampu taat mutlak atas tuntutan Hukum Taurat di dalam Sunat, maka Yesus Kristus mati diatas kayu salib untuk menggantikan orang yang disunat tetapi tidak mampu hidup melakukan tuntutan sunat, Haleluya.
Jadi saudara tidak perlu takut, Jika saudara sudah disunat tetapi tetap hidup didalam dosa dan melangar syariat taurat, ada berita baik buat saudara: Yesus Kristus Sudah mati untuk saudara. Saudara hanya perlu berdoa kepada-Nya dan berkata demikian: Tuhan Yesus Kristus, tolonglah aku yang berdosa ini, sebab saya tidak mampu melakukan tuntutan sunat didalam diriku. 
Rasakanlah, sebentar kemudian, anda akan mendapat kelegaan dan Pembebasan. Helaluya....
Mengapa Orang Kristen tidak harus disunat, sementara Yesus Kristus disunat? 
Kehadiran Yesus Kristus didunia tidak membawa Agama apapun. Sebagai manusia sejati dan sebagai keturunan Abraham yang ke empat belas, Yesus Kristus memang disunat, tetapi Dia tidak mengajarkan sunat syariat Agama tersebut. Dia tidak menyiarkan Agama Yahudi bahkan tujuan-Nya hadir didunia bukan untuk mendirikan Agama. Yesus Kristus datang dan menjadi manusia sejati untuk mewartakan kebbebasan. Dia tidak membawa kuk (Beban) yang baru melainkan membawa kelepasan satu-satunya. Sunat adalah Kuk yg berat, Anugerah didalam Yesus Kristus adalah kelepasan dari beban berat tersebut. Yesus Kristus tidak melarang Sunat, asal jangan sunat syariat agama yang membuat manusia kembali tertekan berat ( Galatia 5:6; Roma 8:25 ). Yesus Kristus mengajarkan Sunat yang sejati dan yang sempurna yaitu sunat Hati. Hati adalah pusat manusia. Hati yang bersih (disunat hatinya) akan menunjukkan kualitas moral dan rohani yang sejati. Dan kebersihan hati yang berkualitas hanya dapat dilakukan melalui firman Tuhan dan kehadiran Roh kudus. Walau demikian, sunat itu boleh karena membersihkan kulup dan alatnya laki-laki yg belum menikah ( Roma 8:25 ) Tetapi walau waktu kecil anak laki laki tidak dipotong kulup vitalnya, setelah menikah kulupnya akan bersih karena dibersihkan saat bersenggama dengan isterinya.
Sekarang pilih yang mana: mau disunat dengan syariat Agama yg berpotensi membawa engkau ke Neraka, atau disunat hati dan membebaskan engkau dari tuntutan Hukum yang membinasakan (masuk Neraka).Demikianlah kata Alkitab dan Ajaran Iman Kristen.

Kesimpulan:
1. Agama monoteis yg pertama adalah agama Yahudi
2. Nabi Abraham adalah suku Kurdi (bukan Yahudi atau Arab)
3. Sunat pertama dilakukan Abraham ( belum ada nama Agama)
4. Sunat dilanjutkan oleh Nabi Musa yg memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir (Buyutnya Lewi
    nabi dan garis keturuna langsung dari Abraham)
5. Sunat menjadi syariat agama Yahudi (hukum Taurat)
6. Setiap orang yang disunat wajib memenuhi tuntutan Taurat
7. Yesus Kristus disunat karena sebagai manusia sejati.  Yesus Kristus adalah keturunan ke 14 Nabi
     Abraham
8. Yesus tidak mengajarkan sunat sebab Dia tidak menyiarkan Agama, termasuk agama Yahudi dan       Kristen
9. Orang Kristen tidak dilarang disunat
10. Sunat hati (Jaga kebersihan hati) jauh lebih penting dari sunat lahiriah.






Minggu, 21 Februari 2016

B E R B A H A G I A L A H

  Mazmur 128:1-6
Anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun sekeliling mejamu! (3b)
Arti anak seperti tunas pohon zaitun sekeliling meja adalah anak yang patuh, dan sempurna taat dibawah asuhan orang tua. Anak seperti itu selalu rindu menerima didikan luhur orang tuanya. Karena anak itu taat dan mendapat didikan luhur, ia menjadi pribadi yang berbudi, berbudi luhur, Haleluya.
Pendidikan yang baik dan luhur sejak dini sangat menentukan hidup dan kepribadian seorang anak. Sebab semakin maju zaman, godaanpun semakin merajalela dan multi aneka. Disisi lain Anak-anak cenderung lebih perduli tontonan media dan lebih mendengar kata teman dari pada kata orang tua. Itulah sebabnya kita sering mendengar orangtua yang kecewa karena perilaku anaknya. Anak anak tersebut lebih memilih hanyut dalam gaya hidup yang mecelakakan. Merusak pikiran dan membinasakan masa depan sendiri. Sebaliknya, kita pun sering mendengar anak-anak yang kecewa kepada orang tua karena mereka tidak mendapatkan keteladanan dari orangtuanya. Mereka bingung. Perintah dan perbuatan orang tua sangat berseberangan. Anak-anakpun tidak lagi betah dirumah dan lebih memilih hidup bersama orang lain.
Kedua permasalahan keluarga seperti itu merupakan kasus-kasus yang sering kita dengar dan lihat bahkan banyak  dialami keluarga orang percaya. Mengapa hal seperti itu dapat terjadi? Nats hari ini memberikan jawabannya. Ternyata sumber utamanya ialah karena tidak adanya persekutuan rohani di dalam keluarga. Kepala keluarga tidak menjalankan fungsi keimanannya untuk membimbing keluarga lengkap dengan alasan-alasannya: “Aku sudah capek karena bekerja dari pagi sampai malam hari” yang lain berkata “Aku sudah tak tertarik lagi dengan perkara rohani dan tidak percaya lagi tentang makna kegiatan rohani seperti itu. Urusan rumah dan mendidik anak adalah urusan ibu rumah tangga”, Keliru !!!, ayat 4 dari nats ini menuliskan, laki-laki merupakan kunci utama kebahagiaan dan keberkatan keluarga. Anak membutuhkan figur, bimbingan dan seorang anak mengharapkan itu datang dari ayahnya sendiri dan didukung oleh ibu yang mengasuhnya sepanjang hari.
Seorang kepala keluarga harus  bekerja sekeras mungkin. Kemudian mencapai karir setinggi mungkin dan kalau mampu dan dikenan Tuhan  mengumpulkan uang sebanyak mungkin. Tetapi, dia harus juga berhasil sebagai ayah dan sebagai kepala kelaurga. Alasan-alasan apapun yang mencoba menghambat peran sebagai teladan harus disingkirkan. Kita harus ingat, kebahagiaan hidup, keberhasilan dalam karir dan urapan dalam pelayanan bermula dari keluarga. Keluarga yang kondusif, harmonis, damai akan menghasilkan prinadi-pribadi yang antusias, semangat juang tinggi dan kreatif. Pribadi yang berasal dari keluarga seperti itu akan menjadi seorang pekerja keras, tuntas, tulus sekaligus kudus. Jadi, jika seorang pria berbahagia, isterinyapun berbahagia. Dan seisi rumah tangganyapun bahagia. Bahkan saat keadaan terbatas sekalipun, kebahagiaan tersebut akan terus melingkupi mereka.
Pemulihan bermula dari kepala keluarga. Artinya jika setiap kepala keluarga bertobat dan takut akan Tuhan, maka seluruh anggota keluarga berbahagia. Dan jika seluruh anggota keluarga itu berbahagia, maka lengkaplah sukacita keluarga tersebut. Takut akan Tuhan berarti keputusan untuk memulai pembaharuan rohani keluarga serta memilih sesuatu yang baru bersama Tuhan.
Bersama Tuhan setiap hari, merupakan kualitas hidup idaman sepanjang zaman.AMIN

Sabtu, 06 Februari 2016

API KEHIDUPAN

Wahyu 2 : 1-7
Namun  demikian aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula (ayat 4)
“Kasihmu” yang semula dalam nats di atas adalah kasih yang dari Tuhan Yesus Kristus, kasih Agape. Mengapa Tuhan itu mencela jemaat-Nya, jemaat yang sudah ditebus dengan darah-Nya? Karena jemaat tersebut meninggalkan kasih mereka yang semula, yaitu kasih Tuhan tersebut. Perkataan meninggalkan, menunjuk pada perbuatan meremehkan atau menganggapnya bukan lagi sebuah hal penting tidak dipedulikan lagi. Tidak-dikatakan di situ “kehilangan” tetapi “meninggalkan”. Hal itu menunjukan kepada kita bahwa yang dimaksud adalah  kasih Ilahi, sebab itu tidak mungkin lenyap. Dengan kata lain Tuhan sumber  kasih itu adalah kekal, tidak berubah.  Itulah sebabnya Tuhan mencela JemaatNya yang di Efesus. Dalam bahasa Yunani, selain Agape ada tiga bentuk lain untuk menggambarkan kasih yaitu: “storge”, yaitu kasih antar anggota keluarga. Kemudian “filia’, yang berarti kasih persaudaraan/persahabatan. Dan yang terakhir adalah “eros” yaitu kasih yang tertarik kepada sesuatu, karena hal itu dianggap baik, umpamanya ketertarikan terhadap lawan jenis. Alkitab memakai kata “agape” sebagai kata pokok untuk membedakan kasih Kristen dengan kasih yang biasa. Artinya, storge, filia dan eros harus didasari oleh agape.
Orang yang hidup didalam kasih Agape adalah orang yang hidup di dalam pertobatan dan persekutuan. Fokus hidup adalah Tuhan, bukan diri sendiri. Yang dikumandangkan adalah perbuatan Tuhan yang ajaib, bukan apa yang diperbuatnya kepada Tuhan. Jika mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan, hal itu merupakan ungkapan syukur atas perbuatan Tuhan yang sudah dia nikmati. Dengan demikian mutu dan motiv storge, filia dan eros jadi tepat sasaran. Kasih terhadap keluarga menjadi semakin hidup, kasih majelis terhadap pelayanannya menjadi dahsyat, kasih jemaat terhadap gereja semakin menyala-nyala, demikian pula kasih antara suami dan istri terhadap pasangannya, akan semakin intim. Itulah sebabnya Tuhan mengingatkan kepada JemaatNya supaya mengingat kembali hangatnya kasih yang semula itu dan menjaganya agar tetap menyala. Sebagai Jemaat Krisus, 
GBI Aletheia Pamulang dirancang untuk mengaplikasikan Kasih itu dalam segala asfek. Baik dalam persekutuan demikian juga dalam kehidupan sehari-hari. Kita buat Agape menjadi landasan hidup dan persekutuan kita. Jika kita sungguh-sungguh menerapkan-nya sejak saat ini (saat jumlah kita belum banyak), hal itu akan berdampak besar, Dampak besar tersebut, ialah:
Pertama, anggota jemaat akan bertambah-tambah. Karena semua orang membutuhkan kasih tersebut. Sebab banyak orang kehilangan kasih itu didalam rumah tangganya terutama dilingkungan gereja yang anggotanya banyak. Mereka membutuhkan jawaban.
Kedua, saat jumlah kita bertambah-tambah, persekutuan kita sudah memiliki fondasi yg benar dan kokoh, dan nilai-nilai yang kita anut sudah selaras dengan kepercayaan kita. Ketiga, Berkat kita akan bertambah-tambah. Kemenangan dan kelimpahan menjadi milk kita, Haleluya. Sebab jika kasih di hidupkan, terobosan akan terjadi, api kehidupanpun akan semakin menyala. Inilah yang harus kita ‘jual’ atau kumandangkan serta doakan. Inilah esensi misi pelayanan GBI Aletheia Pamulang, Amin.



DIBERKATILAH

Shalom, selamat pagi! Firman Tuhan dari kitab  Amsal 24:3-4. *Dengan hikmat rumah didirikan, dengan kepandaian itu ditegakkan*,  *dan dengan...