Minggu, 21 Februari 2016

B E R B A H A G I A L A H

  Mazmur 128:1-6
Anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun sekeliling mejamu! (3b)
Arti anak seperti tunas pohon zaitun sekeliling meja adalah anak yang patuh, dan sempurna taat dibawah asuhan orang tua. Anak seperti itu selalu rindu menerima didikan luhur orang tuanya. Karena anak itu taat dan mendapat didikan luhur, ia menjadi pribadi yang berbudi, berbudi luhur, Haleluya.
Pendidikan yang baik dan luhur sejak dini sangat menentukan hidup dan kepribadian seorang anak. Sebab semakin maju zaman, godaanpun semakin merajalela dan multi aneka. Disisi lain Anak-anak cenderung lebih perduli tontonan media dan lebih mendengar kata teman dari pada kata orang tua. Itulah sebabnya kita sering mendengar orangtua yang kecewa karena perilaku anaknya. Anak anak tersebut lebih memilih hanyut dalam gaya hidup yang mecelakakan. Merusak pikiran dan membinasakan masa depan sendiri. Sebaliknya, kita pun sering mendengar anak-anak yang kecewa kepada orang tua karena mereka tidak mendapatkan keteladanan dari orangtuanya. Mereka bingung. Perintah dan perbuatan orang tua sangat berseberangan. Anak-anakpun tidak lagi betah dirumah dan lebih memilih hidup bersama orang lain.
Kedua permasalahan keluarga seperti itu merupakan kasus-kasus yang sering kita dengar dan lihat bahkan banyak  dialami keluarga orang percaya. Mengapa hal seperti itu dapat terjadi? Nats hari ini memberikan jawabannya. Ternyata sumber utamanya ialah karena tidak adanya persekutuan rohani di dalam keluarga. Kepala keluarga tidak menjalankan fungsi keimanannya untuk membimbing keluarga lengkap dengan alasan-alasannya: “Aku sudah capek karena bekerja dari pagi sampai malam hari” yang lain berkata “Aku sudah tak tertarik lagi dengan perkara rohani dan tidak percaya lagi tentang makna kegiatan rohani seperti itu. Urusan rumah dan mendidik anak adalah urusan ibu rumah tangga”, Keliru !!!, ayat 4 dari nats ini menuliskan, laki-laki merupakan kunci utama kebahagiaan dan keberkatan keluarga. Anak membutuhkan figur, bimbingan dan seorang anak mengharapkan itu datang dari ayahnya sendiri dan didukung oleh ibu yang mengasuhnya sepanjang hari.
Seorang kepala keluarga harus  bekerja sekeras mungkin. Kemudian mencapai karir setinggi mungkin dan kalau mampu dan dikenan Tuhan  mengumpulkan uang sebanyak mungkin. Tetapi, dia harus juga berhasil sebagai ayah dan sebagai kepala kelaurga. Alasan-alasan apapun yang mencoba menghambat peran sebagai teladan harus disingkirkan. Kita harus ingat, kebahagiaan hidup, keberhasilan dalam karir dan urapan dalam pelayanan bermula dari keluarga. Keluarga yang kondusif, harmonis, damai akan menghasilkan prinadi-pribadi yang antusias, semangat juang tinggi dan kreatif. Pribadi yang berasal dari keluarga seperti itu akan menjadi seorang pekerja keras, tuntas, tulus sekaligus kudus. Jadi, jika seorang pria berbahagia, isterinyapun berbahagia. Dan seisi rumah tangganyapun bahagia. Bahkan saat keadaan terbatas sekalipun, kebahagiaan tersebut akan terus melingkupi mereka.
Pemulihan bermula dari kepala keluarga. Artinya jika setiap kepala keluarga bertobat dan takut akan Tuhan, maka seluruh anggota keluarga berbahagia. Dan jika seluruh anggota keluarga itu berbahagia, maka lengkaplah sukacita keluarga tersebut. Takut akan Tuhan berarti keputusan untuk memulai pembaharuan rohani keluarga serta memilih sesuatu yang baru bersama Tuhan.
Bersama Tuhan setiap hari, merupakan kualitas hidup idaman sepanjang zaman.AMIN

Tidak ada komentar:

DIBERKATILAH

Shalom, selamat pagi! Firman Tuhan dari kitab  Amsal 24:3-4. *Dengan hikmat rumah didirikan, dengan kepandaian itu ditegakkan*,  *dan dengan...